Thursday, April 23, 2009

INTERAKSI DAKWAH RASULULLAH MENGUNDANG FITNAH DAN TEKANAN DAKWAH SEKALIGUS PUBLISITI SECARA TIDAK LANGSUNG


Pertembungan kafir Quraisy dengan dakwah Islam merupakan sesuatu yang alami. Rasulullah Saw. mengemban dakwah dan menampakkan keberadaan kutlah dakwahnya secara dinamik yang mengundang tantangan. Di samping itu, esensi dakwah memang mengandung perlawanan terhadap kafir Quraisy dan masyarakat kota Makkah, karena dakwah Rasul mengajak mengesakan Allah, menyembah hanya kepada Allah, seraya meninggalkan penyembahan pada berhala, dan melepaskan diri dari semua sistem yang rusak, tempat mereka hidup di dalamnya.
Oleh karena itu. dakwah Rasul bertembung dengan kafir Quraisy secara langsung. Bagaimana mungkin dakwah Rasulullah Saw. tidak bertembung dengan kafir Quraisy, sementara beliau selalu melecehkan khayalan mereka, merendahkan tuhan-tuhan mereka, menyebarkan rosaknya kehidupan mereka yang murahan, dan mencela cara-cara kehidupan mereka yang sesat. Disamping itu, al-Quran turun kepada Rasul, dan sebagian isinya menyerang mereka dengan lantang:
"Sesungguhnya kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah adalah umpan neraka jahannam." (QS. al-Anbiya' [21]: 98).

Al-Quran juga mengecam pengamalan riba yang berleluasa dan menjadi prinsip-prinsip masyarakat. Kecamannya sangat keras dan menghentam kedudukanya. Dalam surat ar-Rum: 39, Allah berfirman:

"Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. "

Terhadap orang-orang yang curang dalam takaran dan timbangan, al-Quran mengancamnya seraya mengatakan:

"Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang­orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. " (QS. al-Muthaffifin [831: 1-3).

Akibatnya orang kafir Quraisy mengambil sikap menentang, menyerang, dan menganiaya Rasul beserta para sahabatnya. Kadang-kadang dengan menyiksa, sesekali dengan pemboikotan, di lain waktu dengan berbagai propaganda yang menentang Rasul dan agamanya. Dalam keadaan seperti ini, tidak ada pilihan bagi Rasul kecuali terus menyerang mereka, melanjutkan perlawanan terhadap pemikiran-pemikiran yang salah, menghentam akidah-­akidah yang rosak, dan berjuang menyebarluaskan dakwah. Beliau menyerukan Islam secara terus-terang, tidak dengan bahasa kiasan, tidak juga dengan isyarat, tidak menggunakan bahasa yang lemah, tidak dengan belas kasihan, dan tidak dengan bermanis muka, meskipun yang diperoleh beliau dari kafir Quraisy hanyalah penganiayaan dan kesulitan. Padahal saat itu beliau (memulai dakwahnya) seorang diri tanpa pembantu maupun penolong, tanpa orang-orang yang menyertainya, dan tanpa senjata. Beliau datang laksana seorang musafir yang selalu menentang dan mengajak pada agama Allah dengan kekuatan iman. Sedikitpun tidak ada kelemahan yang menyusup ke dalam diri beliau dalam mengemban dakwah. Beliau selalu siap menanggung beban berat demi dakwah. Oleh karena itu, pengaruh Rasul sangat kuat dalam mengatasi berbagai kesulitan yang dilontarkan oleh kafir Quraisy, yang bertujuan untuk memutus hubungan antara beliau dengan masyarakat. Meskipun demikian, Rasulullah mampu berinteraksi dengan masyarakat dan tetap menyampaikan dakwah kepada mereka. Banyak orang yang menerima agama Allah dan menjadikan kekuatan kebenaran tegak di atas kebatilan. Cahaya Islam dari hari ke hari makin menyebar di kalangan bangsa Arab. Banyak para penyembah berhala dan orang-orang nasrani yang memeluk Islam. Bahkan, para pemimpin Quraisy sering mendengarkan al-Quran dan hati mereka amat tersentuh mendengarkannya.
Thufail bin Amru ad-Dausiy datang ke kota Makkah. Dia adalah seorang laki-laki mulia, ahli syair dan cerdas. Sementara itu kaum Quraisy meniupkan fitnah kepadanya agar berhati-hati pada Muhammad. Mereka membisikkan kepadanya bahwa ucapan Muhammad seperti sihir yang boleh memisahkan seseorang dengan keluarganya. Mereka juga menakut-nakuti Thufail dan kaumnya sebagaimana yang dilakukan mereka terhadap orang-­orang Makkah. Sikap terbaik bagi Thufail adalah tidak berbicara dengan Muhammad dan tidak mendengarkannya. Pada suatu hari Thufail pergi ke Ka'bah dan Rasulullah ada di sana. Tanpa sengaja Thufail mendengar sebagian sabda Rasul. Seketika dia merasakan bahwa itu adalah ucapan yang balk. Lalu dia bersumpah dalam hatinya, "Demi Allah dan demi kematian ibuku, sesungguhnya aku seorang penyair yang cerdas, yang tidak satu pun keindahan dan keburukan tersembunyi dariku! Lantas apa yang mencegahku untuk mendengarkan apa yang dikatakan laki-laki ini. Jika dia datang dengan membawa kebaikan, pasti aku menerimanya, dan jika dia datang dengan membawa keburukan, maka aku akan tinggalkan. " Kemudian Thufail mengikuti Rasul sampai ke rumahnya. Dia memaparkan persoalannya dan apa yang berkecamuk dalam dirinya kepada Rasul. Beliau Saw. menjelaskan dan membacakan al-Quran. Pada akhirnya Thufail masuk Islam, menyaksikan yang hak, dan kembali kepada kaumnya untuk mengajak mereka memeluk Islam.

Di saat yang lain Thufail datang kepada Rasul di Makkah membawa dua puluh laki-laki Nasrani, setelah Thufail menyampaikan kabar tentang Rasul kepada mereka. Merekapun duduk di hadapan beliau, bertanya kepada beliau, dan mendengarkan beliau. Kemudian mereka memenuhi (ajakan beliau), beriman, dan membenarkan beliau. Hal itu menyebabkan kafir Quraisy marah hingga mereka mengumpat Thufail beserta pengikutnya dengan mengatakan, "Semoga Allah menggagalkan (menjatuhkan) kalian dari unta. Di belakang kalian, seseorang dari para pemeluk agama kalian telah mengutus kalian, lalu kalian murtad dan mendatangi mereka (kabilahnya Thufail) dengan membawa kabar laki-laki itu. Majlis kalian tidak akan tenang hingga kalian meninggalkan agama kalian, dan membenarkan laki­l-aki itu (Muhammad) beserta apa yang dikatakannya.

No comments:

Post a Comment

FIRMAN ALLAH YANG BERMAKSUD

”Dan tidaklah layak bagi orang Mukmin laki-laki maupun bagi orang Mukmin perempuan, jika Allah dan rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) dalam urusan mereka. Barangsiapa mendurhakai Allah dan rasul-Nya, maka sesungguhnya dia telah sesat, dengan kesesatan yang nyata.”
(Q.s. al-Ahzab [33]: 36)