Friday, April 10, 2009

PERTARUNGAN IDEOLOGI METOD DAKWAH RASUL MEMBANGUN NEGARA ISLAM


THARIQAH DAKWAH RASULULLAH


Ketika Muhammad saw. diangkat menjadi nabi, keyakinan, nilai, perasaan, dan hukum yang berlaku di masyarakat Makkah masih tidak Islami. Singkatnya, masyarakat saat itu jahiliah. Nabi saw. menunjukkan kaum Muslim sebagai kelompok terorganisasi yang beritikad untuk menentang dan mengubah masyarakat tersebut, baik nilai-nilai anutannya, cita-citanya, kebiasaan-ke­biasaannya, perasaan-perasaannya, sistem pemerintahannya, mahu pun cara-cara pengaturan urusan sosial kemasyarakatannya. Untuk menjalankan hal itu, Nabi saw. terus menyerang sistem jahiliah tanpa kenal kompromi. Beliau tidak pemah menyimpang dari tujuannya.


Selama 13 tahun, Nabi saw. melakukan pertarungan pemikiran dengan masyarakat Makkah. Beliau tidak pernah melakukan perjuangan fizikal, meskipun di antara para sahabatnya ada yang mampu untuk itu, seperti Hamzah r.a. dan Umar r.a. Beliau tidak pemah menghancurkan berhala-berhala atau secara fizikal mencegah orang-orang yang berlari-lari sambil telanjang bulat keliling Ka'bah, seperti yang biasa dilakukan orang-orang jahiliah. Beliau pun tidak pernah merusak berhala-berhala itu sebelum Makkah ditaklukkan.

Nabi saw. memahami betapa pentingnya melakukan dakwah secara lisan. Tujuannya ialah untuk menyerang pemikiran-pemikiran orang-orang Makkah dan mengajak mereka untuk mengubah pemikiran-pemikiran yang mereka anut itu secara komprehensif. Tujuan beliau ialah untuk memutuskan kepentingan mereka terhadap sistem kehidupan yang mereka jalani berpindah ke sistem Islam; juga untuk memutuskan ikatan yang rosak dan menggantinya dengan Islam.


Penting sekali bagi kita untuk memahami keterkaitan serangan pemikiran yang dilakukan oleh Nabi saw. itu. Serangan semacam itu jauh lebih penting dibandingkan serangan fizikal (misalnya dengan senjata, bom, atau pembajakan). Di samping itu, yang lebih penting lagi, perjuangan fizikal bukanlah metod Nabi saw. dalam mengubah masyarakat.


Selama 13 tahun, serangan pemikiran yang dilancarkan Rasulullah saw. dan para sahabatnya berhasil menggoncangkan masyarakat Makkah. Serangan pemikiran terhadap orang-orang Quraisy dalam bentuk penentangan terhadap segala bentuk kejahiliahan. Akhirnya, hubungan Nabi saw. dengan Quraisy memburuk dan orang-orang memusuhi beliau. Mereka selalu membicarakan beliau dan mengajak orang lain untuk menentang beliau.


Dalam waktu singkat, Nabi saw. berhasil menjadikan Islam sebagai bahan pembicaraan di Makkah. Adalah sebuah fakta bahawa para pemimpin Makkah bersikap menentang Islam dan Rasulullah saw. menunjukkan pengaruh dari serangan pemikiran yang dilancarkan terhadap kaum Muslim. Bukannya menyerah terhadap tekanan-tekanan musuh dan menerima tawaran kekuasaan, Nabi saw. justru menjalankan perintah Allah Swt. untuk menyatakan misi dakwahnya, serta berdakwah secara langsung, terbuka, dan terang-terangan kepada masyarakat.Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-­orang yang musyrik. Sesungguhnya Kami memelihara kamu daripada (kejahatan) orang-orang yang memperolok-olokkan (kamu),(iaitu) orang-orang yang menganggap adanya tuhan yang lain di samping Allah; maka mereka kelak akan mengetahui (akibatnya). (QS al-Hijr [15]: 94-96)


Al-Quran juga menyebutkan bahwa sejak pertama kali mendapat perintah dakwah, Nabi saw. dipersiapkan untuk mengemban tugas yang berat itu:

Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat. (QS al-Muzzammil [73]: 5)

Hai orang yang berselimut, bangunlah, lalu berilah peringatan(QS al-Muddatstsir [74]: 1-2)

Allah Swt. memerintahkan Nabi saw. untuk memper­ingatkan kerabat dan sanak keluarganya sendiri melalui ayat:

Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat, dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, iaitu orang-orang yang beriman. Jika mereka mendurhakaimu maka katakanlah, `Sesungguhnya aku tidak bertanggungjawab terhadap apa yang kamu kerjakan'. (QS asy-Syu'araa' [26]: 214-216)


Nabi Muhammad saw. meminta sepupunya, Ali karamallahu wajhah, untuk mengatur suatu jamuan makan malam. Beliau mengundang seluruh kabilah Quraisy untuk hadir. Pada perjamuan itu, beliau berkata, "Mahukah kalian mendengar kalimat yang dapat membuat (kabilah-kabilah) Arab berada di bawah kekuasaan kalian dan membuat dunia non-Arab di bawah dominasi kalian?"


Ketika Abu Jahal bertanya tentang apakah kalimat itu, Nabi saw. membacakan Laa ilaaha ilia Allah. Kalimat itu langsung melahirkan kemarahan para musyrikin. Mereka meninggalkan tempat perjamuan dan hanya Ali yang berdiri di samping Nabi saw.. meskipun saat itu dia baru berusia 11 tahun.


Laa ilaaha i11a Allah adalah suatu kalimat, yang sangat revolusi. Kalimat tersebut menantang setiap orang dan penguasa untuk tunduk hanya kepada Allah Swt. Para musyrikin Makkah betul-betul memahami konsep kalimat tersebut dan konse­kuensinya. Karena itu, mereka menentangnya habis-habisan. Kalimat tersebut langsung menghentam kedudukan mereka di dalam masyarakat yang jahiliah. Kalimat tersebut merupakan sebuah tantangan terhadap kepemimpinan dan hegemoni mereka di tengah-tengah masyaraka.


Pernah juga Nabi saw pergi ke atas bukit ash-Shafa dan berkata lantang kepada orang-orang Quraisy. "Wahai Bani Fihr! Wahai Bani Adi!" Begitulah, beliau memanggil sejumlah suku Quraisy hingga mereka berkumpul. Mereka yang tidak dapat hadir di tempat itu mengirim utusan untuk melihat apa yang terjadi di sana. Abu Lahab dan orang-orang Quraisy lainnya datang. Lalu; Nabi saw. berkata kepada mereka, `Jawablah, jika kukatakan bahwa musuh akan menyerang kalian esok pagi atau petang, akankah kalian percaya padaku?" Mereka menjawab, "Ya, kami belum pernah mendengarkan apa-apa darimu selain kebenaran." Kemudian, beliau berkata, "Aku adalah pemberi peringatan bagi kalian tentang azab yang pedih." Abu Lahab menyahut marah,"Terkutuklah kau! Untuk itukah engkau kumpulkan kami di sini?" (HR Bukhari)

Nabi saw. menyerang nilai-nilai aristokratik dan materialistik masyarakat jahiliah dengan membacakan ayat-ayat berikut. Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela, yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung, dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya, sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah. (QS al-Humazah [104]: 1-4)

Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. (QS al-Muthaffifiin [83]: 1-3)


bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu)! (QS at-Takaatsur [102]: 1-3)

Beliau saw. juga mengecam keras praktik riba dengan firman Allah Swt:

Sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipatgan­dakan (pahalanya). (QS ar-Ruum [30]: 39)

Sehubungan dengan kemunafikan dan ketidakpedulian para pemimpin Quraisy terhadap orang-orang yang papa, Allah Swt. menurunkan ayat:

Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang mengherdik anak yatim dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. (QS al-Ma'un[107]:1-3)


Al-Waqidi dalam Asbab al-Nuzul al-Qur'an menyebutkan bahwa al-Maa'uun (107): 1-3 terkait dengan kes yang melibatkan Abu Sufyan bin Harb. Suatu ketika Abu Sufyan mengadakan jamuan makan dengan memotong dua ekor kambing. Seorang anak yatim datang ke tempat perjamuan dan meminta sedikit makanan. Abu Sufyan sangat murka melihat hal itu. Dia mengata-ngatai si anak yatim dan memukul kepala anak itu dengan sebilah tongkat.


Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim, dan kamu tidak prihatin mengajak memberi makan orang miskin, dan kamu memakan harta pusaka ringan cara mencampurbaurkan, dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan. Jangan (berbuat demikian)! Apabila bumi digoncangkan berturut-­turut, dan datanglah Tuhanmu; sedang malaikat berbaris-baris, dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahannam; dan pada hari itu ingatlah manusia, namun tidak berguna lagi mengingat itu baginya. (QS al-Fajr [89]: 17-23)


Para pemimpin Makkah, khususnya mereka yang ingin menghentikan dakwah Islam, semisal Abu Lahab, al-Walid, dan Abu Jahal, menjadi fokus sasaran serangan pemikiran yang dilakukan Rasulullah saw. Keseluruhan surat al-Lahab merupakan celaan terhadap perilaku Abu Lahab


Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang dia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. (Begitu pula) isterinya, pembawa kayu bakar, yang di lehernya ada tali dari sabot. (QS al-Lahab [111]: 1-5)


Banyak sejarawan yang menganggap al-Walid bin al-Mughirah sebagai pemimpin tertinggi Quraisy pada masa itu. Meskipun Quraisy sendiri terkotak-kotak, dan Bering mengalami rivaliti internal, al-Walid mendapat pengakuan dari seluruh kabilah. Dalam al-Quran ada dua surat berbeza yang sama-sama menyerang al-Walid secara terang-terangan.


Biarkanlah Aku bertindak terhadap orang yang Aku telah menciptakannya sendirian. Aku jadikan baginya harta benda yang banyak, dan anak-anak yang selalu bersama dia, dan Kulapangkan baginya (rezeki dan kekuasaan) dengan selapang-lapangnya. (QS al-Muddatstsir [74]: 11-14)


Maka janganlah kamu ikuti orang-orang yang mendustakan (ayat-ayat Allah). Maka mereka menginginkan supaya kamu bersikap lunak, lalu mereka bersikap lunak (pula kepadamu). Janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang kian kemari meng­hamburkan fitnah, yang sangat enggan berbuat baik, yang melampaui batas serta banyak dosa, yang kaku-kasar. Selain itu, yang terkenal kejahatannya, karena dia mempunyai (banyak) harta dan anak. Apabila dibacakan kepadanya aya-t­ayat Kami, dia berkata, "(Ini adalah) dongeng-dongeng orang dahulu kala. " Kelak akan Kami beri tanda di belalai(nya). (QS al-Qalam [68]: 8-16)


Tatkala Abu Thalib jatuh sakit dan kaum Quraisy telah mengetahui keadaan beliau yang sudah kepayahan, maka para pemimpin Quraisy paling mengingatkan bahawa Hamzah dan Umar telah masuk Islam dan reputasi Muhammad saw. meningkat pesat di kalangan kaumnya. Para pemimpin Quraisy akhirnya meng­usulkan untuk menawarkan kompromi kepada Muhammad saw. Untuk itu, mereka mendatangi Abu Thalib untuk mengupayakan kompromi dengan anak saudaranya, iaitu Muhammad saw. Nabi saw. mendengar percakapan mereka dan beliau berkata, "... Ucapkanlah oleh kalian satu kalimat yang dengannya kalian dapat menguasai tanah Arab dan menundukkan Parsi." Beliau melan­jutkan, "Katakanlah tidak ada tuhan selain Allah dan kalian tidak menyembah selain-Nya." Mereka malah bertepuk tangan dan berkata, "apakah engkau ingin kami membuat seluruh tuhan menjadi satu Tuhan, Muhammad? Itu hal yang luar biasa sulit­nya". (Ibnu Hisyam)


Para pemimpin Makkah, termasuk Utbah bin Rabi'ah, Syaibah bin Rabi'ah, Abu Jahal bin Hisyam, Umayah bin Khalaf, Abu Sufyan bin Harb, dan beberapa orang lagi, menjadi sasaran surat Shaad berikut.


Shaad, demi al-Quran yang mempunyai keagungan. Sebe­narnya orang-orang kafir itu (berada) dalam kesombongan dan permusuhan yang sengit. Betapa banyaknya umat sebelum 'mereka yang telah Kami binasakan, lalu mereka meminta tolong, padahal (waktu itu) bukanlah saat untuk lari mele­paskan diri. Mereka hairan karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan (rasul) dari kalangan mereka; dan orang­-orang kafir berkata: "ini adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta". Mengapa dia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat menghairankan. Pergilah pemimpin-pemimpin mereka, "Pergilah kamu dan tetaplah tuhan-tuhanmu, sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang dikehendaki. (QS Shaad [38]: 1-6)


Abu Jahal (berarti Bapak Jahiliah; jahl berarti kebodohan dan jahiliah adalah sesuatu yang berhubungan dengan jahl, seperti merasa bangga menjadi orang Yordania atau Pakistan) dikenal juga sebagai Amr, sebelumnya dikenal sebagai Abu al-Hakam (Bapak Kebijaksanaan), pernah melihat Nabi Muhammad saw. sedang melaksanakan solat. Abu Jahal mendekati beliau dan berkata, "Bukankah aku sudah katakan kepadamu engkau jangan solat?" Nabi saw. berkata, "Zat yang tidak kau sembah itu adalah Zat yang dapat mencabut nyawamu." Abu Jahal menimpali, "Aku orang terkuat di Makkah dan berasal dari suku terbesar. Mengapa engkau mengancamku?" Saat itulah Allah Swt. menurunkan ayat berikut:


Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, karena dia melihat dirinya serba cukup. Sesungguhnya hanya kepada Tuhanmulah kembali(mu). Bagaimana pen­dapatmu tentang orang yang melarang seorang hamba ketika mengerjakan solat, bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu berada di atas kebenaran, atau dia menyuruh bertakwa (kepada Allah)? Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu mendustakan dan berpaling? Tidaklah dia mengetahui bahawa sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya? Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian), niscaya Kami tak ubun-ubunnya, (yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka. Maka biarlah dia memanggil golongannya (untuk menolongnya), kelak Kami akan memanggil malaikat Zabaniyah, sekali-kali jangan, janganlah kamu patuh kepadanya; dan sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan). (QS al-Alaq [96]: 6-19)


Tidaklah Kami jadikan penjaga neraka itu selain dari malaikat; dan tidaklah Kami jadikan bilangan mereka itu selain untuk menjadi 'cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang-orang yang diberi al-Kitab menjadi yakin, supaya orang yang beriman bertambah imannya, supaya orang-orang yang diberi al-Kitab, orang-orang Mukmin itu tidak ragu-ragu, serta supaya orang-­orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir (mengatakan), "Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai suatu perumpamaan?" Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu selain Dia sendiri, dan Sedar itu tiada lain hanyalah peringatan bagi manusia. (QS al-Muddatstsir [74]: 31)


Lalu, Nabi saw. mulai membaca al-Quran dengan lantang dalam solatnya sehingga orang-orang bersurai (Ibnu Hisyam)


Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar yang berkata,


"Ketika Nabi saw. bersujud, beberapa isi perut karnbing yang kernudian dilemparkannya ke punggung Nabi saw. Fatimah, putri beliau, datang dan membersih­kan punggung beliau dan mengutuk Uqbah dan berdoa semoga Allah menghukumnya. Nabi saw mengangkat kepala mengakhiri sujudnya dan berdoa, `Ya Rabbi, hukumlah para pemuka Quraisy, Abu Jahal,bin Hasyim, Utbah bin Rabi'ah, Syaiban bin Rabi'ah, Umayah bin Khalaf, dan Ubay bin Khalaf!" (HR Bukhari)


Ubay bin Khalaf membawa sebuah tulang ke hadapan Nabi saw. Ubay menghancurkan tulang itu berkeping-keping, lalu berkata, "Muhammad, apakah engkau bersumpah bahawa Allah Swt. dapat menghidupkan (tulang itu) kembali setelah menjadi rusak seperti ini?" Kemudian, Ubay meremukkan tulang itu di tangannya dan meniup serpihan-serpihannya ke muka Nabi saw. Nabi saw. berkata, "Ya, aku bersumpah. Allah akan mengangkat­nya dan mengangkatmu, setelah engkau menjadi seperti itu juga. Lalu, Allah akan mengirimmu ke dalam api neraka!" (Ibnu Hisyam)

Allah Swt. menurunkan ayat: Dia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa pada kejadiannya; dia berkata, "Siapakah yang dapat meng­hidupkan tulang belulang, yang telah hancur luluh?" Ka­takanlah, "Dia akan dihidupkan oleh Tuhan yang mencip­takannya kali yang pertama. Dia (Allah) Maha Mengetahui tentang segala makhluk, yaitu Tuhan yang menjadikan untuk‑mu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu" (QS Yaasiin [36]: 78-80)


Dengan ketetapan hati yang sangat kuat, Nabi saw. berupaya memutuskan ikatan antara para pemimpin Makkah dan orang-orang biasa. Beliau menyerang berhala-berhala pujaan mereka. Beliau membidik Hubal, al-Uzza, dan Manat. Pada saat itu pemujaan terhadap berhala tidak pemah dikritik. Namun, Nabi saw. menggunakan setiap kesempatan untuk merendahkan, menghina, membodoh-bodohi, dan mencela berhala-berhala itu. Sesungguhnya kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah, adalah umpan Jahannam, kamu pasti masuk ke dalamnya. (QS al-Anbiyaa' [21]: 98)


Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) mengaggap al-Lata dan al-Uzza, dan Manah yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempunan Allah)? Apakah (patut) untuk kamu (anak) laki-laki dan untuk Allah (anak) perempuan? Yang demikian itu tentulah suatu pembagian yang tidak adil. (QS an-Najm [53]: 19-22)

Nabi saw menyerang orang-orang kafir berkenaan dengan kebiasaan mereka mengubur bayi perempuan hidup-hidup. Selain itu, Nabi saw. juga mengutuk perlakuan mereka terhadap anak yatim, menyerang keserakahan kalangan elit Makkah, dan kecintaan mereka terhadap harta benda.

apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, karena dosa apakah dia dibunuh? (QS at Takwiir [81]: 8-9)


Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memu­liakan anak yatim, dan kamu tidak duduk mengajak memberi makan orang miskin, dan kamu memakan harta pusaka dengan cara mencampurbaurkan (yang halal dan yang batil), dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan. (QS al-Fay [89]: 17-20)


Peristiwa lain yang diriwayatkan oleh ath-Thabrani, ialah ketika seorang delegasi dari Quraisy mendatangi Nabi saw. untuk mencoba mengkompromikan antara Islam dan tuhan-tuhan mereka. Kaum Quraisy menawari Nabi saw. sejumlah uang yang dapat membuat beliau menjadi orang terkaya di Makkah. Nabi saw. juga ditawari wanita-wanita Makkah yang boleh beliau pilih untuk dijadikan isteri. Akan tetapi, semua itu ada syaratnya, yaitu Nabi saw. berhenti menghina tuhan-tuhan mereka. Mereka katakan, `Jika engkau tidak menerima tawaran ini, maka kami tawarkan penyelesaian yang menguntungkan kita semua." "Apa itu?" tanya Nabi saw. Mereka menjawab, "Engkau menyembah tuhan­-tuhan kami selama setahun dan kami menyembah Tuhanmu selama setahun." Rasulullah saw. menyuruh mereka menunggu, apa yang akan Allah Swt. turunkan untuk menjawab tawaran itu. Akhimya, Allah Swt. menurunkan surat al-Kaafiruun:


Katakanlah, "Hai orang-orang kafir, aku tidak akan menyem­bah apa yang kamu sembah, dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Aku tidak pernah menjadi penyem­bah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah agamaku". (QS al-Kaafruun [109]: 1-6)


Nabi saw. dan para sahabat terus berjuang melawan sistem jahiliah Makkah dan para pemimpinnya, dengan cara mengung­kapkan kerosakan hukum-hukum dan kebiasaan-kebiasaannya, kesalahan pemikiran-pemikiran dan konsep-konsep mereka, serta mengajukan Islam'sebagai satu-satunya alternatif penyelesaian. Karena itu, perjuangan Rasulullah saw. dan para sahabat ibarat dua mata pedang: menghancurkan ideologi dan konsep yang sesat dengan menunjukkan ketidaksesuaiannya dengan fitrah manusia. lalu membangun konsep-konsep keimanan yang benar, dan mem­buktikan kesesuaiannya dengan fitrah kemanusiaan karena berasal dari Allah Yang Maha Esa dan Maha Pencipta umat manusia.


Inilah teladan yang diberikan Rasulullah saw. Siapa pun yang mengelak dari tugas ini berarti gagal mengikuti Sunnah dan metod Nabi saw. Kaum Muslim harus melakukan perjuangan ideologi dan pemikiran melawan ideologi, pemikiran, nilai, dan sistem non-Islami. lni dilakukan dengan cara mengemukakan kerosakan-kerosakan yang ada pada ideologi, pemikiran, nilai, dan sistem tersebut. Dalam mengikuti metod Nabi saw., umat Islam harus menolak Kapitalisme, Demokrasi, Komunisme, Nasionalisme, dan isme-isme yang lain. Setiap praktik, nilai, sistem, dan hukum yang tidak sesuai dengan Islam harus dilawan. Untuk itu, kesedaran umat harus ditingkatkan agar umat dapat mem­bezakan mana yang Islami mana yang tidak.


1 comment:

  1. Hari ini kaum Muslimin berada dalam situasi di mana aturan-aturan kafir sedang diterapkan. Maka realitas tanah-tanah Muslim saat ini adalah sebagaimana Rasulullah Saw. di Makkah sebelum Negara Islam didirikan di Madinah. Oleh karena itu, dalam rangka bekerja untuk pendirian Negara Islam, kita perlu mengikuti contoh yang terbangun di dalam Sirah. Dalam memeriksa periode Mekkah, hingga pendirian Negara Islam di Madinah, kita melihat bahwa RasulAllah Saw. melalui beberapa tahap spesifik dan jelas dan mengerjakan beberapa aksi spesifik dalam tahap-tahap itu

    ReplyDelete

FIRMAN ALLAH YANG BERMAKSUD

”Dan tidaklah layak bagi orang Mukmin laki-laki maupun bagi orang Mukmin perempuan, jika Allah dan rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) dalam urusan mereka. Barangsiapa mendurhakai Allah dan rasul-Nya, maka sesungguhnya dia telah sesat, dengan kesesatan yang nyata.”
(Q.s. al-Ahzab [33]: 36)